Minggu, 12 Desember 2010

si tukang sate


Malem all…! Ampir jam 12 nih, mata udah mulai berat.
Walah, padahal baru saja beberapa ide tulisan mampir di otakku, tapi sekarang kok blank lagi ya? Berarti bener kata orang, menulis itu gampang-gampang susah, susahnya ya ini, ketika mau nulis sering keabisan ide seperti ini. Kalah sama nyamuk, yang nggak pernah keabisan ide buat ngisep darah dari tubuh ini, sialan ini si nyamuk, aku kutuk bisa terbang baru tau rasa tu hewan.

Wew, baru aja pulang udah balik lagi nih pelanggan, seperti ini kalo udah kecanduan game.

Percaya nggak pren, kalo kita nggak butuh pendidikan yang tinggi untuk jago dibidang pemasaran, karena kuliahpun cuma menawarkan teori-teori yang ribet dari pakar ini dan itu. Contohnya begini..
Setiap malam, ada tukang sate yang lewat di depan warnet ini, jam 10an lah jadwalnya, kalau aku perhatiin, tukang sate ini selalu berhenti di warung sebelum warnet ini, warung tempat aku dan anak-anak biasa beli persediaan pangan (jajanan maksudnya). Nah, setelah itu baru dia nangkring di sini sambil ngidupin MP3 dari hp nya, lagunya? Nggak tau lagu apaan yang diputer, terdengar asing dikupingku. Hal pertama yang dia lakukan pas baru nyammpe disini adalah memarkir gerobaknya tepat didepan pintu warnet, setelah itu memompa petromaknya biar lebih terang, nah…yang ketiga ini yang bikin aku salut tapi kesel, mengipas-ngipas bara nya yang udah dikasih minyak bumbu sebelumnya dengan semangat, tau kenapa?
Inilah strategi pemasaran dia, setiap asap yang dihasilkan itu sangat efektif membuat perut jadi lapar (lagi), karena campuran bumbu dalam minyak yang dituangnya itu sangat-sangat harum, gurih, dan nikmat. Bikin perut jadi berulah, dan strategi ini jarang gagal, karena tidak hanya aku dan anak-anak yang maen disini, tapi juga orang-orang sekitarnya pasti terpancing dengan pesona asap itu, laku deh dagangannya.
Dan jika aku perhatiin lagi, plus logikaku berkata, si tukang sate pasti nggak pernah mengecap pendidikan yang tinggi seperti pelanggan-pelanggannya (maaf bang tukang sate, bukan bermaksud merendahkan lho), logikanya gini, masa iya dia mau jadi tukang sate keliling kalo dia punya gelar S1 dikantongnya. Tapi aku sangat sangat yakin, pengalaman dan teori dilapangan yang dia punya jauh melampaui pelanggan-pelangganya yang mayoritas adalah mahasiswa. Dan tukang sate itu hanya salah satu contoh, coba lihat tukang es krim keliling, atau tukang ojek, mereka punya cara tersendiri untuk membuat dagangan atau jasa nya laku. Maka, jika kamu pengen sukses, jadilah seorang tukang sate. Hahahaha
Nggak lah, pengen sukses ya harus mencoba segala hal dilapangan, nilai dan pertimbangkan. Maksudnya begini, coba cara ini, trus coba lagi cara lain, trus coba lagi cara lainnya, trus nilai dan pertimbangkan, mana saja dari sekian banyak cara itu yang paling efektif, maka lakukanlah. Jangan mau kalah dengan tukang sate.
Kayak gini nih jadinya kalau udah kehabisan ide, ngelantur kemana-mana, maaf ya

Prett…!
Asem ini pelanggan baru, malah ngidupin musik dari hp nya, keras-keras lagi…kalo bunyinya bagus sih nggak apa apa…ckckck, mau ngeledek kali ini orang, mentang-mentang speaker warnet lagi rusak…
Dah ahh, mau bunuh tu orang rese dulu…huahahah…!

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Jangan pakai foto saya tanpa ijin bro, alangkah enaknya jika link aslinya disambungkan disana, foto ada yg buat dan gak jatuh dari langit. Sekarang foto itujuga dijiplak oleh TRIBUN dan disebutkan berasal dari blog ini, padahal bukan milik anda. Indonesia ada UU soal copyright, hargai itu ya....

    http://www.trekearth.com/gallery/Asia/Indonesia/Java/Jawa_Barat/Leuwiliang/photo185937.htm

    http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/04/20/tukang-sate-tersungkur-ditembak-orang-misterius-inilah-kronologinya

    BalasHapus