Sabtu, 12 Juni 2010

persimpangan

by Essa Almallia Rahmi

Pernah ada ragu di rabu,
sejenak mengaburkan langkahku menujumu,


haruskah aku 'slalu' berbelok kekiri?
menyusuri banda kali hanya untuk menikmati senyuman manis dari gigimu yang rapi?



atau, aku lurus saja?
menuju rumah yang tak pernah kutau warnanya seterang apa sebelum senja?


dengan sedikit memantapkan hati, (ah,oukay,aku sendiri tidak yakin hati ini butuh pemantapan lagi,karna slalu ada sebongkah rindu yang mendesak untuk segera diselesaikan didalam sini)

LAGI aku berbelok kekiri,
kali ini aku disambut dengan ringisanmu tentang betapa panasnya hari,
aku akan menggodamu sedikit untuk membuka usaha eskrim stroberi dineraka nanti,
lalu aku akan mendapat jitakan kecil sembari kau merapikan rambut atau sekedar membenarkan letak kacamata ku dan berkata: 'kamu iniii!!'
dan pasti, beserta senyuman manis dan gigimu yng rapi.

Disini,
waktu tidak ada artinya,sayang
tawa mereka yang begitu riang
mengantarkan sore pengganti siang

dan aku selalu menyukai banda kali dikala petang
ketika aku duduk sendiri ditepi sini,
kau akan menghampiriku untuk sekedar membayar utang,
utang waktu dan cerita, betapa hari ini mengajarkanmu tentang kesabaran, dan betapa hari ini membuatku sadar akan tugas-tugas yang smakin menyesakkan

Disini,
waktu tidak ada artinya,sayang
ketika kau mencuri genggam sepanjang petang
dan (memang) hanya kebahagiaan yang terhidang

dan ya,
aku tidak pernah menyesali langkahku
karna aku tau,ada waktunya aku harus lurus menyusuri jalan yang tak ada habisnya
satu jam mengantarkanku menuju rumah yang warnanya slalu pucat saat aku pulang

aku tidak pernah menyesali langkahku
karna aku tau, ada waktunya aku harus mengurusi dapur
mencuci bersih semua rantang dan pinggan
berbagi kecupan pada dua sosok yang selalu aku sayang,
kepada papa yang selalu menawarkan guyonan tentang ayah yang malang menanti anaknya pulang
kepada mama yang slalu bertanya tentang kebutuhan apa yang masih kurang, alasan yang membuatnya gigih mencari uang

dan aku slalu menjawab mereka dengan lantang ketika duduk didepan pintu melepas spatu keds ku yang agak lapang:

'anakmu akan slalu pulang,Pa. menyisihkan sisa-sisa malam sembari memijat tubuhmu yang kau keluhkan sakit pada tulang'

'anakmu tak kurang sesuatu apapun, Ma. Semuanya cukup. maka tutuplah buku utang itu dan dengarkan bagaimana aku menghabiskan petang'


aku tidak pernah menyesali langkahku,
yang slalu berbelok kekiri,menujumu
dan kemudian melangkah laju menuju mereka

karna dengan begitu,
aku tidak harus sibuk mencandumu disaat malam,
sang bulan juga tidak harus menertawai kita yang rela berlama-lama berkutat pada telfon genggam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar