Sabtu, 12 Juni 2010

Si Pencuri Kue-Hati

by Just Abim]

Seorang wanita muda nan menawan baru saja terlepas dari belenggu antrean ticket di sebuah sudut, di bandara Kotaku. Wajah manisnya terlihat lelah, namun ia puas telah mendapatkan ticket-nya. Di lembaran itu tertulis Tiiiiiiiiiitttttttt, (red-bukan nama sebenarnya). Keberangkatannya masih 33 menit, 33 detik lagi. Untuk menghabiskan waktu, si wanita membeli sebuah buku TTS (Tagiah-tagiah Sanang) untuk sedikit mengasah otak dan sebungkus kue ber-structure hati. Si wanita memilih sebuah sofa yang cukup nyaman dan menghempaskan tubuh mungilnya di sana. Setelah beberapa saat si wanita mulai disibukkan oleh TTS-nya. Tak lama tanpa menunggu waktu, tak disangka, tak diduga, datang tak di jemput, pulang tak bilang-bilang, seorang pemuda yang,...lumayanlah (khan ini...), telah duduk di sofa ketiga. Mereka terpisah jarak oleh sebungkus kue-hati. Si wanita mengabaikan si pemuda dan melanjutkan pertarungan dengan Tagiah-Tagiah Sanang-nya, sambil melahap sepotong kue hati di sebelahnya. Tiba-tiba si pemuda dengan senyum simpulnya ikut mengambil dan melahap sepotong kue-hati itu. Awalnya si wanita mengabaikannya, namun setiap kali dia mengambil sepotong kue-hati itu, si pemuda pun ikut mengambil sepotong. Dia pun menatap si pemuda dengan pandangan pembunuh kejam. Si pemuda hanya tersenyum padanya.



Parasnya lumayan, setingkat di bawah aktor Hollywood Tom Curse (kutukan). Dia mengenakan seragam pegawai bandara itu. Di kartu nama yang bergelantungan di dada bidang si pemuda tertulis Abim Bima Maib. Dia masih saja tersenyum simpul, seperti tali sepatunya. Si wanita menjadi semakin kesal dengan si pemuda pencuri kue-hati itu, yang dengan tidak sopan mengkonsumsi kue-hatinya tanpa izin, sakit atau absen. Hingga akhirnya tersisa satu potongan kue-hati terakhir, si wanita lalu menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan si pemuda yang tak tahu sopan. Lalu dengan santai badainya si pemuda mengambil kue-hati terakhir itu dan membaginya menjadi dua. Sebagian dia berikan kepada si wanita dan sebagian lagi dilahapnya sendiri. Ia pun masih tetap tersenyum. Si wanita telah mencapai puncak ledakannya. Dengan marah dia merebut sebagian potongan kue-hati itu dan berlalu meninggalkan si pemuda tanpa sepatah katapun.

Selang beberapa menit, si wanita telah bertengger di dalam pesawat tumpangannya. Buku Tagiah-tagiah Sanang yang sedari tadi digenggamnya, dibenamkan dengan paksa ke dalam tas hitam kulit buaya-nya. Tiba-tiba tangannya merogoh sesuatu. Dengan bernafsu dia menarik keluar benda tersebut. Jantungnya tertahan, nafasnya terhenti, dan bola matanya membesar. Benda itu ternyata bungkusan kue-hati yang tadi dibelinya, bahkan labelnya masih menempel seperti cicak. Ia memeras otaknya..., lalu ia terhenyak. Ternyata kue-hati yang tadi di konsumsinya bersama si pemuda bukanlah miliknya, melainkan kue-hati milik si pemuda. Bukan si pemuda yang mencuri kue-hatinya, tapi dialah yang mencuri kue-hati si pemuda. Di pandanginya setengah kue-hati dari si pemuda tadi, ingin rasanya dia mencari si pemuda tadi. Namun terlambat, si burung besi telah lepas landas meninggalkan kepulan debu di aspal bandara. Setengah kue-hati menjadi kenangan terakhir dari si pemuda yang selalu tersenyum. Sementara, dari bandara si pemuda bergumam sambil melihat pesawat yang mengudara,

”Yah, setidaknya aku sempat melihat keindahan walau untuk sesaat, dan itu cukup untuk menghantarkanku mengenal apa yang disebut kebahagiaan semu”.

Lalu dia berlalu untuk melanjutkan tugasnya sambil melantunkan lagu “Kenangan Terindah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar